JAKARTA--Upaya pencegahan penyakit Osteoporosis di Indonesia terus digalakkan. Epidemi osteoporosis berdasarkan riset penelitian meramalkan Asia menjadi sasaran empuk peningkatan jumlah kasus osteoporosis.
Fakta terbaru dari hasil The Asian Audit Epimology Cost and Burden Osteoporosis in Asia di Beijing 21-22 September lalu, mencatat 14 negara di Asia menunjukan kejadian patah tulang meningkat 2-3 kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Bahkan IOF meramalkan di tahun 2050 sebanyak 50% kasus patah tulang panggul di dunia terjadi di Asia.
Indonesia sendiri, berdasarkan catatan yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007 dalam riset yang dilakukan oleh Univesity of Otago, New Zealand dan SEAMEO TROPMED RCCN Universitas mencatat kebutuhan kalsium perempuan Indonesia hanya terpenuhi 50%.
Data lain dari catatan Pusat Penelitian dan Pengembangan gizi departeman Kesehatan tahun 2006 menyebutkan bahwa 2 dari 5 penduduk Indonesia berisiki terkena osteoporosis. Angka ini lebih tinggi ketimbang negara asia lainnya.
Bertalian dengan hal itu, Ketua Perhimpunan Osteporosis Indonesia (PEROSI), Prof. Errol Untung Hutagalung disela Perayaan hari Osteoporosis Nasional yang jatuh tepat 25 Oktober di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (25/10), menyatakan, upaya pencegahan osteoporosis bagi masyarakat Indonesia harus dilanjutkan.
"Kini osteoporosis begitu ditakuti lantaran potensi terjadinya patah tulang jauh lebih besar. Patah tulang yang dikhawatirkan adalah patah tulang panggul. Apalagi, setengah dari 100 juta kejadian patah tulang terjadi di Asia," tegasnya.
Prof Errol juga mencatat, bahwa 20% dari penderita patah tulang umumnya meninggal pada tahun pertamanya. Sementara sisanya memerlukan bantuan khusus guna menunjang aktiftas penderita. Hanya 1/3 sisanya yang dapat melanjutkan kehidupan secara normal. "Ini berarti, morbiltas penderita Osteoporosis begitu tinggi," tegasnya.
Tak hanya itu, menurut Prof Errol, penderita osteoporosis akan mengalami pembiayaan kesehatan terhitung besar guna mengatasi efek penyakit osteoporosis. Untuk mengganti tulang panggul saja, pasien dikenakan biaya 15 juta rupiah. Apalagi Protese sebagai pengganti tulang pinggul yang rusak hanya mampu bertahan 10 atau 15 tahun lamanya. "Maka tak heran, di negara maju sekaliber AS menghabiskan dana milyaran dollar AS guna menangani masalah osteoporosis," ungkapnya.
Di Indonesia sendiri, jelas Errol, perhatian terhadap Osteoporosis masih minim lantaran pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan harus mengurusi persoalan penyakit macam infeksi. Jadi, mau tidak mau masyarakat terutama PEROSI harus proaktif guna menangani persoalan Osteoporosis.
Sejak Dini
Lantaran minimnya penanganan ostoeporosis, mengakibatkan pencegahannya harus digiatkan sejak awal. Prof Errol berpendapat, langkah pencegahan sedari awal merupakan cara ampuh guna mengurangi kasus osteoporosis di Indonesia.
Langkah awal dimulai dari pemberian asupan gizi yang cukup pada Ibu hamil. Prof. Errol mengungkapkan para ibu hamil ada baiknya jangan sembarang memberikan asupan pada anak. Pemberian asupan makanan yang cukup pada masa kandungan hingga nanti melewati puncak masa tulang berakhir akan memberikan keuntungan pada anak. Sebab, anak memiliki deposit yang cukup guna memasuki masa penurunan massa tulang menjelang usia tua.
"Bila deposit cukup, maka saat tua nanti massa tulang tidak langsung habis melainkan secara perlahan ditutupi pasokan deposit dalam tubuh," tegasnya.
Selain asupan bergizi, pemberian suplemen juga penting. Suplemen macam susu bisa menjadi alternatif utama saat makanan tidak memenuhi kuota kalsium 1000 mg yang diperlukan tubuh. "Sekarang kan banyak beredar susu berkalsium tinggi. Jadi, tinggal sesuaikan dengan rentang usia dan tingkat gizi yang diperlukan," tukasnya.
Tak hanya itu, masih dia menjelaskan, pola hidup sehat sudah harus ditanamkan sedari awal. Kegiatan negatif macam merokok atau keluar malam sudah selayaknya dikurangi.
Langkah lain yang perlu dilakukan, masih Prof Errol menjelaskan, adalah melakukan gerakan BBTT seperti yang terangkum dalam senam Osteoporosis seri 2
"Senam ini didesain untuk kesehatan tulang dengan mengacu pada prinsip gerakan BBTT yakni baik, benar, teratur dan terukur. Jadi, tidak sembarangan gerak melainkan disesuaikan dengan rentang usia yang berpotensi terkena osteoporosis," paparnya.
Hari Osteoporosis Nasional
Minimnya penanganan kasus osteoporosis menjadikan Hari Osteoporosis Nasional (HON) menjadi penting. Sebab itu, Departemen Kesehatan bersama Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (PERWATUSI) dan Anlene secara serentak merayakan HON 2009 dengan mengajak masyarakat mengikuti senam dan jalan sehat yang terpusat dikawasan Bunderan HI, Thamrin, Jakarta Pusat.
Total 10.000 peserta dari berbagai rentang usia turut hadir. Akibatnya, kawasan Thamrin mendadak jadi lautan manusia. Menteri Kesehatan Dr. Endang R. Sedyaningsih juga hadir untuk meramaikan.
Tema perayaan HON kali ini adalah lanjutkan!Berdiri Tegak, Bicara Lantang, Kalahkan Osteoporosis. Berbagai kegaitan masal dilaksanakan seperti pemeriksaan dini kepadatan tulang, hiburan dan bazar.
Dalam sambutanya, Menkes mengatakan Indonesia berhasil menurunkan angka kematian ibu dan anak, prevalensi gizi kurang dan berbagai penyakit menular. Sekarang, Indonesia harus menghadapi berbagai penyakit degeneratif akibat meningkatnya harapan hidup, perubahan gaya hidup, kurangnya pola aktivitas olahraga dan pola makan yang tidak sehat. Salah satu penyakit degeneratif yang dimaksud adalah osteoporosis.
"Cara praktis mencegah osteoporosis dini adalah melakukan aktifitas berolahraga dengan baik, benar, terukur dan teratur (BBTT) paling tidak 30 menit, 3 kali dalam seminggu," tukas Menkes.
Sebab itu, dia menyatakan apresiasinya kepada masyarakat yang begitu antusias merayakan HON 2009. Dia berpendapat, partisipasi dan kerjasama antar elemen masyarakat begitu dibutuhkan pemerintah sebagai mitra pembangunan kesehatan.
HON 2009 juga secara serentak diperingati di 24 kota di Indonesia seperti Palembang, Pekan Baru, Padang, Batam, Lampung, Pematang Siantar, Denpasar, Lombok, Surabaya, Semarang, Bandung, Cirebon, Subang, Yogya, Madiun, Tulung Agung, Makassar, Manado, Banjar Masin, Pontianak, Balikpapan, Tarakan dan Samarinda.
HON sendiri telah diperingati selama 7 tahun semenjak awal dicetuskan Menkes pada tahun 2002 lalu. cr2/rin
Sumber : republika online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar