Tersentuh ketika membaca Induk Opini di Harian POS KOTA , Sabtu 16 Januari 2010 mengenai bocah kecil berumur 5 Tahun penderita AIDS, seperti yang saya kutip dibawah ini.
Apa yang bisa kita katakan ketika melihat bocah lima tahun bertubuh kurus kering hanya tulang berbalut kulit. Diam membisu bagai tengkorak hidup. Tubuhnya lunglai. Tatapan matanya kosong. Tak ada tangis karena airmatanyapun telah kering. Dia penderita AIDS. Menederita sejak ada dalam kandungan karena benihnya memang telah tercemar HIV.
Ayahnya, sebagai pembawa virus, meninggal dunia tiga tahun lalu karena AIDS. Ibunya baru dua pecan menyusul sumai juga karena penyakit yang sangat menakutkan ini. Menakutkan karena belum ditemukan obat yang ampuh.
Bocah lelaki ini, kini yatim piatu. Dia sendirian menanggung dosa yang tidak pernah dia perbuat. Dia juga tergolek di satu pemukiman padat Ibukota negeri ini. Bukti belum tersentuh pemerintah atau siapapun yang khabarnya peduli terhadap penderita AIDS.
Padahal 1 Desember 2009 baru saja lewat. I Desember yang menjadi hari AIDS sedunia sejak dicanangkan tahun 1988. Saat ini relawan maupun LSM melakukan aksi menentang AIDS. Pemerintah juga menyampaikan program-programnya untuk mencegah AIDS.
Departemen Kesehatan terus meningkatkan strategi VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) lebih giat lagi. Caranya mewajibkan tes HIV kepada semua orang yang dengan resiko tinggi.
Kenyataannya, anak-anak penderita AIDS yang harus menanggung perbuatan orangtuanya, jumlahnya terus meningkat. Tahun 2004 tercatat 150 anak dan 2009 mencapai 655 anak. Di sisi lain, Thailand, Vietnam dan Philipina jumlah penderitanya terus menurun.
Paling menyedihakan, ada satu keluarga miskin belum tersentuh oleh program yang disampaikan banyak pihak untuk memberi pelayanan kesehatan pada penderita penyakit ini.
Padahal orangtuanya pun pernah berobat ke Puskesmas hingga di vonis menderita AIDS. Si bocah pernah berobat ke RS Tarakan lalu dirujuk ke RSCM. Keterbatasan uang, anak dari keluarga buruh ini kembali tergolek di rumah pamannya.
Tak ingin menyalahkan siapa, utamanya adalah peristiwa mengenaskan ini janganlah terulang. Patut dilihat program yang dibuat dengan kenyataan dilapangan. Sudahkah berjalan sesuai harapan atau memang masih ditemukan ketidaksinkronan.
Dan lebih utama adalah jangan biarkan hati nurani dokter, paramedic dan semua masyarakat untuk tidak tinggal diam melihat sang bocah menderita tanpa uluran tangan karena dia dari keluarga miskin.
Sumber : Induk Opini – Pos Kota
Mungkin anda ingin menolong …….. atau…. Bapak-bapak Menteri ingin mengembalikan MOBIL MEWAHNYA dan ditukar dengan uang untuk biaya pengobatan bocah malang ini ….. dan kepada YTH. Bpk. SBY tolonglah Bocah yang tak berdaya ini …. Kalau pemerintah masih diam tak ada action ..kita patungan yukkk . COIN FOR KID.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar