Pls... Be kartini yg baik......
Dewi adalah sahabatku , ia adalah seorang mahasiswi yg pintar. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yg terbaik di bidang akademis maupun profesi yg akan digelutinya. ''Why not to be the best?,'' itu mottonya.. bahkan Dewi dpt beaseiswa utk studi Hukum Internasional di luar negri.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yg ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tsb lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dgn suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.
Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila., nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya aku pernah bertanya padanya, "Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil utk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?" Dgn sigap Dewi menjawab, "Oh, aku sudah mengantisipasi segala sesuatunya dgn sempurna". "Everything is OK !, Don't worry Everything is under control kok !" begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.
Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yg tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yg berlimpah. "Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda". Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik utk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian.
Terkejut dgn permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka blm memungkinkan utk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lg -lg bocah kecil inipun mau ''memahami'' orangtuanya.
Dgn Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lg merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yg bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi padaku , Bayu selalu menyambut kedatangannya dgn penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yg bahagia, pikirku . Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dgn penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, aku jd sangat iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya," Bunda aku ingin mandi sama bunda...please...please bunda", pinta Bayu dgn penuh harap.
Karuan saja Dewi, yg detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dgn permintaan anaknya. Ia dgn tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dgn baby sitternya. Bayu dgn penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.
Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku !" Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja...?" kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tp toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu krn Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya.
Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, "Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency".
Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tp Sayang ... terlambat sudah...Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah utk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia utk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya utk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tdk sedang ada urusan yg sangat penting.
Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku. Ditengah para tetangga yg sedang melayat, terdengar suara Dewi dgn nada yg bergetar berkata "Ini Bunda Nak...., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya...Sayang ....! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak.." . Lalu sgr saja satu demi satu orang-orang yg melayat dan berada di dekatnya tsb berusaha utk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa utk menahan tangis mereka.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yg tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, "Inikan sudah takdir, ya kan..!" Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?". Aku yg saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dgn kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tdk perlu hiburan dari orang lain.
Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dgn bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yg mulai meleleh membasahi pipinya.
Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lg suara Dewi berujar, "Inilah konsekuensi sebuah pilihan!" lanjut Dewi, tetap mencoba utk tegar dan kuat.
Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yg menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. "Bayu maafkan Bunda ya sayang..!!, ampuni bundamu ya nak...? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan sgr terdengar tangis yg meledak-ledak dgn penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yg kini telah pergi utk selama-lamanya. Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini aku menyaksikan Dewi menangis dgn histeris seperti ini.
Lalu terdengar lg Dewi berteriak-teriak histeris "Bangunlah Bayu aku aangku....Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak.....?!?" pintanya berulang-ulang, "Bunda mau mandikan kamu Sayang .... Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak.... Sekali ini saja, Bayu.. anakku...?" Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yg sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yg menaungi jasad Bayu.
Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat menusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yg menyayat hati ini...Tp apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur. Bayu tdk pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya krn mereka merasa bahwa banyak hal yg jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.
Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yg sering merasa hebat dan penting dgn segala kesibukannya.
Sedih yah.... brake dulu ya
by : millist n friend / dinda_m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar